Rafi, anak pertamaku selalu menyambut pulang kami berdua dengan senyuman, tawa dan ajakan bermain bola. Hal itu ia lakukan ketika pintu rumah kami buka. Maka ia akan segera bangun dari duduknya, dan mendatangi kami yang masih di depan pintu. Kemudian ia akan menebarkan senyuman manisnya, atau ia akan segera menceritakan berbagai hal dengan bahasa yang kami tidak mengerti, alias bahasa planet... Hehe.. Itulah julukan kami pada bahasanya. Setelah kami masuk, ia akan mengikuti kami kemana saja, mulai dari meletakkan sepatu dan tas, serta menunjukkan sikap tak sabar untuk segera bermain. Terkadang ia akan segera mengambil bola, dan menarik tangan salah satu dari kami untuk bermain bola bersamanya.
Suatu hari, sekitar 2 minggu yang lalu, ketika pulang kerja aku membuka pagar rumah, aku melihat wajah yang tidak asing sedang menyibak tirai jendela rumahku. Rafi, anakku yang baru berusia 21 bulan. Wajah itupun tersenyum lebar begitu melihatku. Aku pun membalas senyuman itu. Dengan segera aku pun menghampiri jendela itu... Ia semakin antusias. Ketika aku buka pintu rumah, ia bergegas turun dari sofa, tempat ia berdiri supaya bisa mengintip ke luar rumah.
"Assalamualaikum," ucapku
"..lam" ucap Rafi, dia memang baru bisa mengucapkan suku kata yang paling belakang.
Rafi pun bergegas ke luar pintu untuk melihat Abi-nya.
Hari selanjutnya, hal itu terulang. Begitu aku membuka pintu pagar rumah, aku menemui wajah Rafi di balik jendela. Ia menyibakkan tirai dengan tangan mungilnya. Aku pun memberitahu suamiku, "rafi ada di jendela". Dengan antusias, Abinya Rafi pun membunyikan klakson. Air muka Rafipun berubah semakin senang. Apalagi, setelah motor diparkir, Abi pun bermain ciluk ba dengan Rafi yang masih mengintip dari balik jendela.
Rafi ketawa hingga terbahak-bahak. Aku dan suamiku pun tertawa. Menyenangkan sekali. Saat pulang pun menjadi saat yang ditunggu Rafi dan kami. Dan, setiap pulang pun, aku selalu mengharapkan sambutan Rafi dari balik jendela.
Hal itu menjadi kebiasaan setiap pulang ke rumah. Dan, rafi pun dengan setia menunggu dibalik jendela. Kami menantikan wajah mungilnya muncul dibalik tirai jendela. Begitu juga dengan Rafi, setiap kali ia mendengar suara motor Abi-nya, maka ia selalu bergegas naik ke atas sofa (untuk mencapai jendela), dan membuka tirai untuk melihat siapa yang datang.
Hmm... Jadi tak sabar ingin cepat sampai rumah...
No comments:
Post a Comment