Wednesday, February 28, 2018

Citra Ilusi Kebahagiaan

Era disruptif saat ini membuat kita perlu menyaring informasi yang kita terima. Tidak semua informasi tersebut valid dan bisa dipercaya. Namun, juga tidak semuanya palsu dan tidak bisa dipercaya.

Saat setiap orang adalah sumber berita, pembuat berita, sekaligus penerbit berita, maka lebih banyak opini berkembang di masyarakat. Opini tersebut disikapi dengan berbeda oleh masing-masing orang.

Dalam sebuah industri, hal ini adalah tantangan besar. Hal ini berarti adalah semakin banyak saluran informasi yang harus dipantau dan diberikan informasi sesuai kebutuhan industri/perusahaan. 

Sedangkan dalam kehidupan pribadi, hal ini bisa mempengaruhi seseorang untuk mengambil sebuah keputusan apapun. Saat melihat, mendengar atau membaca sesuatu, maka sisi emosional dan rasional seseorang akan merespon. Jika, sisi emosionalnya lebih dominan, maka dia akan segera merespon berdasarkan emosi yang ia rasakan. Hal ini terjadi karena mungkin dia tidak akan menggali lebih jauh seberapa benar hal tersebut. Jika sisi rasionalnya lebih dominan, maka sebelum merespon dia akan mempertanyakan terlebih dulu kebenaran dari hal yang ia lihat, dengar atau baca tersebut.

Bisa juga, bukan sekadar masalah benar atau salah. Asli atau palsu. Namun, menjadi sebuah standar yang ingin dipenuhi oleh orang yang melihat, mendengar, atau membaca sesuatu tersebut. Misalnya adalah dari banyaknya acara televisi yang menggali wisata alam Indonesia yang begitu indah. Selain media televisi, ulasan wisata juga banyak diunggah dalam bentuk tulisan, foto dan video. Dengan memperlihatkan keindahan alam, keseruan perjalanan, dan juga kebahagiaan yang terlihat dari orang-orang dalam tayangan tersebut, membuat orang yang melihat, mendengar dan membaca tayangan tersebut ingin melakukan hal yang sama.

Ada dorongan positif kejadian ini bagi dunia pariwisata Indonesia. Tujuan-tujuan wisata yang tadinya tidak dilirik, minim fasilitas, saat ini mulai banyak dikunjungi dan ditingkatkan fasilitasnya. Begitu juga dengan usaha wisata yang ikut meningkat seperti moda transportasi, penginapan, tempat wisata, tempat makan, usaha pembuatan buah tangan, usaha perjalanan wisata dan lainnya. 

Bagi orang yang memiliki sumber dana yang cukup, dia bisa berwisata kemanapun dan kapanpun ia mau. Tapi, ada juga orang yang hanya bisa bermimpi untuk berwisata ke tempat-tempat yang ada di layar kaca, karena keterbatasan sumber dana. Bagi orang yang memiliki keterbatasan sumber dana ini, dia perlu berpikir rasional untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya berwisata. Dengan cara, mencari lokasi wisata terdekat dengan tempat tinggal dan juga yang menghabiskan biaya seminimal mungkin, disesuaikan dengan dana yang ia miliki untuk berwisata.

Citra kebahagiaan saat berwisata, menjadi sebuah ilusi bagi sebagian orang yang tidak memiliki sumber daya yang memadai. Untuk itu, perlu bagi setiap orang untuk menyadari apa yang terpenting bagi hidupnya dan membuatnya bahagia, terlepas dari citra bahagia yang ditampilkan dalam seluruh saluran informasi saat ini.

Untuk menjadi bahagia, jangan jadikan standar bahagia orang lain menjadi standar bahagia untuk kita. Karena setiap orang itu unik. Setiap orang memiliki kepribadian dan kebutuhan yang beragam, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Yang menentukan bahagiamu, adalah dirimu sendiri. Salah satunya dengan cara mensyukuri setiap hal yang telah kita miliki.***