Rasa syukur dimulai dari hal yang kecil. Ketika jantung masih berdetak. Saat diri bisa bernafas. Saat mata masih bisa melihat, dan telinga masih bisa mendengar suara.
Bayangkan jika mata tak lagi melihat, hanya gelap. Tak terlihat warna. Bayangkan ketika telinga tak lagi mendengar. Dunia terasa sunyi, senyap. Hanya keheningan yang ada, dan suara yang terdengar adalah suara pikiran sendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun.
Syukurilah saat kita masih memiliki keluarga dan teman. Ada orang-orang baik yang bisa berbagi kebahagiaan dan juga kepedihan dengan kita. Orang-orang yang membuat kita memiliki arti.
Syukurilah saat kita masih memiliki kegiatan yang bisa kita lakukan. Dan, kegiatan itu membawa manfaat bagi kebaikan orang lain, yang pastinya juga membawa kebaikan untuk diri kita.
Syukurilah saat kita masih memiliki tempat untuk tinggal, sekadar tidur dan beraktifitas dengan keluarga.
Rasa syukur itu bisa dimulai dari yang kecil, mendapatkan rejeki senilai Rp 10 ribu, sehingga bisa untuk membeli makan siang lengkap dengan lauk dan sayur (di warteg tentunya).
Saat bersyukur, kita akan merasa cukup. Tidak berlebih tapi juga tidak kurang.
Terima kasih ya Allah atas segala nikmat yang Engkau berikan, sehingga aku bisa menulis catatan saat ini.
Bogor, 25 Oktober 2012