Kita telah mengetahui dari tulisan sebelumnya, bahwa bayi memiliki kemampuan luar biasa untuk meniru. Bahkan, kelak ketika ia dewasa, ia menjadi cerminan lingkungan yang membentuknya. Pertanyaan saat ini adalah, Siapa yang ditiru bayi? Tentu saja, lingkungan yang setiap hari berinteraksi dengannya. Apa isi lingkungan itu? Anda yang paling tahu apa isi lingkungan terdekatnya.
Isinya bisa berupa benda mati atau pun hidup. Bisa berupa berbagai media elektronik, manusia, hewan, mainan, dan sebagainya. Lingkungan ini berisikan berbagai macam hal yang secara sengaja maupun tidak kita letakkan di sekitarnya.
Apa saja yang akan ditiru bayi? Semuanya! Ya! Semuanya. Apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, apa yang ia rasakan, apa yang ia bau akan ia rekam dalam memory bawah sadarnya. Setelah ia rekam, ketika suatu saat situasi dan kondisi memungkinkan, ia akan mengeluarkan pengetahuan/kemampuan/tiruan itu.
Jika bayi meniru semuanya, apakah bayi bisa memilah sesuatu patut untuk ditiru atau tidak? Jawabannya adalah TIDAK! Bayi tidak bisa memilah mana yang patut dan tidak patut, karena ini adalah ukuran normatif. Yang ia lakukan adalah menyerap semuanya. Kemampuan luar biasa bayi - meniru, digunakan seperti spon yang menyerap air. Bedanya dengan spon, jika spon itu sudah penuh terisi air, spon tidak akan menyerap lagi. Tapi pikiran bawah sadar bayi tidak memiliki batasan, alias UNLIMITED! Wow!
Yup! Itulah yang mengagumkan dari bayi, ia memiliki kemampuan untuk menyerap berbagai informasi, baik yang menurut kita penting ataupun tidak, tanpa batasan. So, siapa yang bertanggung jawab terhadap seluruh informasi yang diterima oleh bayi? Orang tua!♥ Selvie
Sunday, June 22, 2008
Parenting #1: Kemampuan Luar Biasa Bayi
Apa yang paling mengagumkan dari seorang bayi atau balita? Matanya yang berbinar? Senyumnya yang menggemaskan? Kulitnya yang lembut?
Tahukah anda hal apa yang lebih mengagumkan dibalik keimutan fisiknya? Tahukah anda kemampuan luar biasa apa yang dimiliki oleh setiap bayi yang dilahirkan? Kemampuan yang hanya dimiliki oleh setiap bayi baru lahir hingga usia balita? Kemampuan yang sulit dimiliki orang dewasa? Kemampuan yang bisa mewarnai dirinya ?
Kemampuan itu adalah kemampuan yang luar biasa untuk mencontoh lingkungannya. Ya! Itu adalah kemampuan yang luar biasa. Kenapa luar biasa? Karena dari NOTHING jadi EVERYTHING!!!
Yup! Ketika bayi baru lahir dia belum memiliki kemampuan untuk tersenyum, bicara, melambaikan tangan. Dia hanya tahu menangis. Tapi ketika ia melihat pertama kali orang, dan orang itu tersenyum, maka ia akan merekam senyuman itu, dan ketika ia berada pada situasi yang mirip maka ia akan mengulang hal tersebut: TERSENYUM!
Ia melihat, dan menirukan secara mengagumkan. Ia mencontoh lingkungan. Hingga kelak ketika dewasa, ia adalah cerminan lingkungan yang membentuknya. ♥ Selvie
Tahukah anda hal apa yang lebih mengagumkan dibalik keimutan fisiknya? Tahukah anda kemampuan luar biasa apa yang dimiliki oleh setiap bayi yang dilahirkan? Kemampuan yang hanya dimiliki oleh setiap bayi baru lahir hingga usia balita? Kemampuan yang sulit dimiliki orang dewasa? Kemampuan yang bisa mewarnai dirinya ?
Kemampuan itu adalah kemampuan yang luar biasa untuk mencontoh lingkungannya. Ya! Itu adalah kemampuan yang luar biasa. Kenapa luar biasa? Karena dari NOTHING jadi EVERYTHING!!!
Yup! Ketika bayi baru lahir dia belum memiliki kemampuan untuk tersenyum, bicara, melambaikan tangan. Dia hanya tahu menangis. Tapi ketika ia melihat pertama kali orang, dan orang itu tersenyum, maka ia akan merekam senyuman itu, dan ketika ia berada pada situasi yang mirip maka ia akan mengulang hal tersebut: TERSENYUM!
Ia melihat, dan menirukan secara mengagumkan. Ia mencontoh lingkungan. Hingga kelak ketika dewasa, ia adalah cerminan lingkungan yang membentuknya. ♥ Selvie
Friday, June 06, 2008
Rafi Mengintip dari Jendela
Rafi, anak pertamaku selalu menyambut pulang kami berdua dengan senyuman, tawa dan ajakan bermain bola. Hal itu ia lakukan ketika pintu rumah kami buka. Maka ia akan segera bangun dari duduknya, dan mendatangi kami yang masih di depan pintu. Kemudian ia akan menebarkan senyuman manisnya, atau ia akan segera menceritakan berbagai hal dengan bahasa yang kami tidak mengerti, alias bahasa planet... Hehe.. Itulah julukan kami pada bahasanya. Setelah kami masuk, ia akan mengikuti kami kemana saja, mulai dari meletakkan sepatu dan tas, serta menunjukkan sikap tak sabar untuk segera bermain. Terkadang ia akan segera mengambil bola, dan menarik tangan salah satu dari kami untuk bermain bola bersamanya.
Suatu hari, sekitar 2 minggu yang lalu, ketika pulang kerja aku membuka pagar rumah, aku melihat wajah yang tidak asing sedang menyibak tirai jendela rumahku. Rafi, anakku yang baru berusia 21 bulan. Wajah itupun tersenyum lebar begitu melihatku. Aku pun membalas senyuman itu. Dengan segera aku pun menghampiri jendela itu... Ia semakin antusias. Ketika aku buka pintu rumah, ia bergegas turun dari sofa, tempat ia berdiri supaya bisa mengintip ke luar rumah.
"Assalamualaikum," ucapku
"..lam" ucap Rafi, dia memang baru bisa mengucapkan suku kata yang paling belakang.
Rafi pun bergegas ke luar pintu untuk melihat Abi-nya.
Hari selanjutnya, hal itu terulang. Begitu aku membuka pintu pagar rumah, aku menemui wajah Rafi di balik jendela. Ia menyibakkan tirai dengan tangan mungilnya. Aku pun memberitahu suamiku, "rafi ada di jendela". Dengan antusias, Abinya Rafi pun membunyikan klakson. Air muka Rafipun berubah semakin senang. Apalagi, setelah motor diparkir, Abi pun bermain ciluk ba dengan Rafi yang masih mengintip dari balik jendela.
Rafi ketawa hingga terbahak-bahak. Aku dan suamiku pun tertawa. Menyenangkan sekali. Saat pulang pun menjadi saat yang ditunggu Rafi dan kami. Dan, setiap pulang pun, aku selalu mengharapkan sambutan Rafi dari balik jendela.
Hal itu menjadi kebiasaan setiap pulang ke rumah. Dan, rafi pun dengan setia menunggu dibalik jendela. Kami menantikan wajah mungilnya muncul dibalik tirai jendela. Begitu juga dengan Rafi, setiap kali ia mendengar suara motor Abi-nya, maka ia selalu bergegas naik ke atas sofa (untuk mencapai jendela), dan membuka tirai untuk melihat siapa yang datang.
Hmm... Jadi tak sabar ingin cepat sampai rumah...
Suatu hari, sekitar 2 minggu yang lalu, ketika pulang kerja aku membuka pagar rumah, aku melihat wajah yang tidak asing sedang menyibak tirai jendela rumahku. Rafi, anakku yang baru berusia 21 bulan. Wajah itupun tersenyum lebar begitu melihatku. Aku pun membalas senyuman itu. Dengan segera aku pun menghampiri jendela itu... Ia semakin antusias. Ketika aku buka pintu rumah, ia bergegas turun dari sofa, tempat ia berdiri supaya bisa mengintip ke luar rumah.
"Assalamualaikum," ucapku
"..lam" ucap Rafi, dia memang baru bisa mengucapkan suku kata yang paling belakang.
Rafi pun bergegas ke luar pintu untuk melihat Abi-nya.
Hari selanjutnya, hal itu terulang. Begitu aku membuka pintu pagar rumah, aku menemui wajah Rafi di balik jendela. Ia menyibakkan tirai dengan tangan mungilnya. Aku pun memberitahu suamiku, "rafi ada di jendela". Dengan antusias, Abinya Rafi pun membunyikan klakson. Air muka Rafipun berubah semakin senang. Apalagi, setelah motor diparkir, Abi pun bermain ciluk ba dengan Rafi yang masih mengintip dari balik jendela.
Rafi ketawa hingga terbahak-bahak. Aku dan suamiku pun tertawa. Menyenangkan sekali. Saat pulang pun menjadi saat yang ditunggu Rafi dan kami. Dan, setiap pulang pun, aku selalu mengharapkan sambutan Rafi dari balik jendela.
Hal itu menjadi kebiasaan setiap pulang ke rumah. Dan, rafi pun dengan setia menunggu dibalik jendela. Kami menantikan wajah mungilnya muncul dibalik tirai jendela. Begitu juga dengan Rafi, setiap kali ia mendengar suara motor Abi-nya, maka ia selalu bergegas naik ke atas sofa (untuk mencapai jendela), dan membuka tirai untuk melihat siapa yang datang.
Hmm... Jadi tak sabar ingin cepat sampai rumah...
Subscribe to:
Posts (Atom)