Hati orang tua mana yang tak perih menyaksikan anaknya sakit. Apalagi ketika dokter menyarankan cek darah, untuk memastikan diagnosa.
Rafi sudah pernah di diambil darah saat dia sakit typhus ketika usia belum genap 5 tahun. Dan, sampai saat ini bayangan rumah sakit dan jarum masih sangat membekas. Ia masih bisa mengatakan rasanya diambil darah itu sakit.
Tapi bagaimanapun cek darah dapat memperjelas sakit apa yang dialami, perawatan apa yang harus dilakukan dan juga obat apa yang boleh dan tidak boleh diminum.
Kemarin pagi, saat periksa awal ke dokter, dokter meresepkan ibuprofen sebagai penurun panasnya. Sedangkan obat yang lain dokter menunggu hasil lab keluar. Dan, hasil lab baru keluar pukul 2 siang. Saat membaca hasil lab, dokter menyatakan Rafi kemungkinan demam berdarah. Hal ini didasarkan jumlah trombosit yang menurun, meskipun baru sedikit melewati batas bawah normal. Dan, dokter langsung mengatakan bahwa ibuprofen yang tadi ia resepkan untuk tidak diminumkan, karena bagi pasien demam berdarah dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Ia pun meresepkan penurun panas parasetamol, seperti yang selama ini aku berikan pada Rafi saat demam. Untung kami melakukan cek darah, sehingga dokter dan kami pun tidak salah mengambil tindakan. Meskipun ibuprofen itu sempat diminumkan 1 kali pada saat siang ketika hasil lab belum keluar.
Dokter menyarankan besok (hari ini) untuk Rafi tes darah lagi. Tapi, mengingat tangisannya, kesakitannya saat pengambilan darah, aku tak tega. Kompromi adalah jalan yang kutempuh.
Alhamdulillah karena Rafi masih semangat makan dan minum, masih bisa beraktivitas ringan, maka dokter memperbolehkan aku merawat Rafi di rumah. Dan yang mesti aku perhatikan adalah pemenuhan kebutuhan cairan Rafi. Boleh minum apa aja bervariasi, tapi diutamakan air putih.
Pulang dari dokter aku dan mas yusuf pun langsung belanja berbagai kebutuhan: jus jambu merah, Poca** sweat, merupakan minuman utama yang disiapkan untuk Rafi. Madu dan sari kurma pun tak ketinggalan. Selain itu tentunya berbagai jenis makanan yang membuat Rafi tetap semangat makan.
Siapapun yang membaca tulisan ini, mohon doanya supaya Rafi cepat sehat kembali.