Ya, sudah 9 tahun lalu kami bersama dalam ikatan suci pernikahan.
Pernikahan yang disebut sebagai Perjanjian Agung dalam Al-Qur'an. Dan kami mengikrarkan Perjanjian Agung itu di Masjid Agung Blitar, masjid utama yang terletak di tengah kota kelahiran kami berdua.
Jika sebelum menikah hubungan kami sering diisi dengan bertengkar karena keegoisan kami masing -masing, maka setelah menikah kami belajar saling mendengarkan, saling menghargai, saling memberi kesempatan, bergantian menjadi penyejuk saat yang lain sedang panas.
Kami belajar untuk selalu mensyukuri apa yang kami peroleh, meskipun kecil nilainya di mata dunia yang penuh perhitungan ini. Kami pun belajar untuk mensyukuri apa yang belum kami miliki. Karena kami percaya, tidak ada yang kebetulan ataupun tanpa alasan dapat terjadi di dunia ini.
Saat menikah, kami belajar arti kata syukur dan ikhlas dengan sebenar-benar makna. Rejeki, ujian, kesedihan, kebahagiaan menguji kami untuk menggunakan ilmu syukur dan ikhlas yang masih terus kami pelajari.
Kami juga belajar arti kata memperjuangkan cinta yang sesungguhnya. Saling mempercayai dan menjaga kepercayaan itu. Membela pasangan, namun tidak membutakan diri. Sehingga kami bisa saling mengkoreksi dan menerima koreksi dengan hati tenang. Untuk masa depan kami yang lebih baik.
Kami juga belajar arti kata cinta yang sebenarnya. Cinta yang membebaskan. Cinta yang saling menjaga. Cinta yang saling memberi. Cinta yang saling mengingatkan. Cinta yang saling mengisi. Cinta yang menenangkan. Cinta yang hidup dalam cinta kami kepada Sang Pemilik Kehidupan.
Sang Pemilik Kehidupan yang mencintai dan memberikan rencana yang sempurna bagi setiap ciptaan-Nya.
Kami masih terus belajar, karena kehidupan bukanlah hal yang statis. Seperti sepeda. Untuk tetap seimbang, kami akan terus bergerak.
Jakarta, 10-04-2013
*Refleksi Perjanjian Agung pada pukul 10.00 WIB 10-04-2004