Hari ini..
Dalam perjalananku menuju stasiun sudirman, ku lihat sekelompok pemuda sedang duduk di jembatan.
Tiba-tiba mereka berlarian ke arah tengah jalan. Aku pikir.. Mereka akan naik bus yang ketika itu melaju dijalur tengah.
Ternyata tidak. Mereka mengejar sebuah mobil. Mereka berusaha menghentikan atau memperlambat laju sebuah mobil, alphard warna silver. Yang berada di depan mobil terlihat memukul pintu depan.
Sesaat kupikir mereka dendam pada orang di mobil itu, sehingga mereka melampiaskannya dengan merusak mobilnya. atau bisa juga, mereka adalah orang suruhan. Yang disuruh untuk mencelakai orang lain yang berada di dalam mobil alphard silver itu.
Kulihat lagi, mereka memukul pada spionnya. Sesaat kemudian mereka pun berlarian menyeberang jalan. Mereka menuju sisi lain jalan itu. Dan, akhirnya mobil itu mereka biarkan melaju tanpa kerusakan berarti. Hanya spion yang hilang dari badan alphard itu.
Seorang pria lusuh di jembatan memperhatikan dengan seksama apa yang segerombolan pemuda itu lakukan. Bahkan dia menghitung jumlah pelakunya. " satu, dua, tiga,..."
aku pun bertanya pada pria lusuh itu. Apa sih yang mereka lakukan. "mereka mengambil spion mobil itu,mba"
Berkomentarlah orang2 di sekitar lokasi. Berbagai macam komentar.
Aku? Aku memilih untuk menyimpan komentarku, untuk kutulis dalam catatan ini.
Ternyata dugaan motif dendam yang kulontar di awal itu salah. Motifnya adalah spion untuk dijual. Ya, motif ekonomi. Mencari penghasilan dengan cara mengambil paksa spion itu.
Aku pun jadi teringat seorang kawan. Sudah sering spion mobilnya dicuri orang. Terakhir (sudah lama sih aq ga ketemu), spionnya dicuri didepan mata supirnya. Supirnya pun berusaha mengejar pencuri itu. Tapi, tetap aja kalah gesit.
Kawanku pun akhirnya meng-grafir spionnya dengan nomer polisi mobil tersebut. Terakhir (saat itu tentunya.. Saat aku berada dalam mobilnya dan membicarakan tentang pencurian spion), spionnya masih utuh. Entah saat ini.
Kembali ke pencurian spion yang bermotif ekonomi itu. Pada prinsip ekonomi, ketika ada permintaan maka ada penawaran. Klo pun tak ada, maka akan diusahakan.
So, jika ada pencurian, maka si pencuri pasti berkeinginan untuk menjual. Dan, ketika ia menjual, pasti ada yang membeli. Dan, pembeli ini ada dua jenis, yang menjual kembali, atau yang menggunakan. Artinya, hasil akhir adalah pengguna spion itu, yaitu pemilik mobil.
So, mari kita pikirkan kembali lingkaran ekonomi ini.. Hehehe..
Friday, August 07, 2009
Friday, April 03, 2009
Siaran Pres: AIMI Sosialisasikan Pemberian Makanan Bayi pada Situasi Darurat
JAKARTA -- Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) mensosialisasikan cara pemberian makanan bayi ada situasi darurat, seperti yang dialami oleh bayi dan balita, korban bencana bobolnya tanggung Situ Gintung di Tangerang, Banten. Dalam situasi darurat seperti ini, pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi harus diutamakan, harus dilindungi dan didukung.
Ketua Divisi Advokasi AIMI, Amanda Tasya mengatakan, untuk mengantisipasi kondisi darurat bagi bayi dan balita, dua lembaga kesehatan dunia yaitu UNICEF dan WHO, yang di Indonesia bersama-sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tanggal 7 Januari 2005 mengeluarkan rekomendasi bersama tentang Pemberian Makan Bayi pada Situasi Darurat. Lebih lanjut, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 pun telah mengeluarkan Pedoman Penanganan Gizi dalam Situasi Darurat.
Ketua Divisi Advokasi AIMI, Amanda Tasya mengatakan, untuk mengantisipasi kondisi darurat bagi bayi dan balita, dua lembaga kesehatan dunia yaitu UNICEF dan WHO, yang di Indonesia bersama-sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tanggal 7 Januari 2005 mengeluarkan rekomendasi bersama tentang Pemberian Makan Bayi pada Situasi Darurat. Lebih lanjut, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 pun telah mengeluarkan Pedoman Penanganan Gizi dalam Situasi Darurat.
Rekomendasi bersama tersebut didasarkan pada Kode Internasional Pemasaran Susu Formula WHO (”Kode WHO”) yang menyatakan bahwa pada operasi penanggulangan bencana, pemberian ASI pada bayi harus dilindungi, dipromosikan dan didukung.
Bagaimanapun, menyusui dalam kondisi darurat bencana menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya sarana untuk menyiapkan susu formula, seperti air bersih, bahan bakar dan juga persediaan susu formula dalam jumlah yang memadai. ”Bahkan semua sumbangan susu formula atau produk makanan bayi lainnya, hanya boleh diberikan dalam keadaan terbatas dan harus ada ijin dari Dinas Kesehatan setempat,” kata Tasya.
Lebih rinci, rekomendasi bersama mengatur pemberian makanan utama bagi bayi, sebagai berikut :
1. Menyusui justru menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, bahan bakar dan juga kesinambungan tersedianya susu formula dalam jumlah yang memadai.
2. Pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi dan kematian bayi.
3. Sumbangan susu formula yang diperoleh dari donor, maka distribusi maupun penggunaannya harus dimonitor oleh tenaga yang terlatih.
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) juga diatur dalam rekomendasi bersama tersebut antara lain disebutkan bahwa MPASI hanya boleh diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, dibuat dengan bahan makanan lokal, MPASI harus mudah dicerna dan pemberiannya harus disesuaikan dengan umur dan gizi bayi serta makanan tersebut harus mengandung kalori dan nutrisi yang cukup.
Pemberian MPASI untuk bayi dan balita korban Situ Gintung
Untuk meringankan beban korban bencana Situ Gintung, AIMI memberikan bantuan berupa pemberian MPASI sehat untuk bayi dan balita di daerah tersebut. Ketua AIMI, Mia Sutanto mengatakan AIMI membuat dapur umum khusus untuk memasak MPASI yang kemudian didistribusikan kepada bayi dan balita di daerah Situ Gintung. ”Kami membuka dapur umum di rumah salah satu pengurus AIMI dan kemudian kami menyusun menu, memasak dan mendistribusikannya ke Situ Gintung,” kata Mia.
Mia menjelaskan, MPASI yang disediakan oleh AIMI diupayakan memenuhi ketentuan pemberian MPASI menurut rekomendasi WHO, UNICEF dan Departemen Kesehatan seperti menggunakan bahan makanan lokal, menggunakan peralatan yang higienis, bahan makanan mudah dicerna dan mengandung kecukupan gizi yang dianjurkan (energi, protein, vitamin dan mineral terutama Fe, vitamin A dan vitamin C).
Lebih lanjut Mia mengatakan, ini juga merupakan salah satu kampanye AIMI untuk mensosialisasikan pemberian MPASI sehat, segar dan berkualitas bagi bayi diatas 6 bulan. ”Kami ingin menyampaikan bahwa makanan sehat untuk bayi itu mudah dibuat sendiri di rumah, jauh lebih murah biayanya dan tentu lebih sehat daripada makanan instant.”
Biaya untuk pemberian MPASI kepada bayi dan balita korban bencana Situ Gintung ini diperoleh dari donasi para pengurus dan anggota AIMI, anggota milis ASIforbaby dan banyak pihak lainnya, melalui program ”AIMI Emergency Response for Situ Gintung” yang dibuka selama hampir satu minggu. Program ini, lanjut Mia, juga sejalan dengan tema Pekan ASI Sedunia yang akan digelar Agustus mendatang, yaitu ”Menyusui : Tanggapan Penting atas Keadaaan Darurat”. ***
Fact Sheet AIMI :
AIMI terbentuk dari kepedulian beberapa ibu mengenai pentingnya pemberian ASI untuk bayi secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun atau lebih. Saat ini dukungan untuk ibu yang memberikan ASI kepada bayinya dirasakan kurang, baik itu perhatian dan dukungan dari pemerintah, masyarakat umum dan instansi swasta.
Berbagai kegiatan telah dilakukan AIMI untuk menyosialisasikan ASI, antara lain kegiatan regular kelas edukasi AIMI dengan tema seputar ASI dan MP-ASI Sehat untuk Bayi, AIMI Goes to Office yaitu sosialisasi mengenai ASI yang dilakukan di kantor-kantor, Pemberian penghargaan kepada perusahaan mendukung pemberian ASI, konsultasi laktasi, dan kegiatan lainnya. ***
Contact Person AIMI:
Mia Sutanto, Ketua
HP: 081510002584
Yuyuk Andriati, Divisi Komunikasi
HP : 0811 971509
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)Graha MDS Lt.3Pusat Niaga Mas Fatmawati Blok B1/34Jln. RS Fatmawati No. 39 Jakarta Telpon : 021-72790165 Fax: 021-72790166http://www.aimi-asi.org/
Subscribe to:
Posts (Atom)