Jiwa gelisah. Menggeliat. Pedih. Lirih. Sendu. Adakah yang lebih galau dari aliran air yang meleleh dari kedua mata perempuan lemah ini. Sedemikian lemahnya kah aku. Tanganku masih bisa menari, kakiku masih bisa melangkah. Namun, mengapa jiwaku terasa kelu.
Mungkin aku rindu dengan pertemuan itu. Pertemuan antara asa dan nestapa. Lara dan ceria. Berjalan dan berhenti. Start dan finish.
Hidupku cukup menyenangkan. Menyenangkan karena aku memiliki waktu luang untuk bermain-main, ataupun mengexplore keinginanku. Tapi tidak cukup menyenangkan untuk memberi semangat kepada diriku, karena tantangan yang ku terima tidak begitu banyak. Atau aku yang terlalu naif. Entah….
Entah. Kata itu yang dulu pernah menghiasi pergulatan pemikiranku. Pemikiran akan hidup. Sudah lama aku tak bersua dengan ‘entah’. Sudah lama aku menanggalkan ‘entah’ dari pemikiranku. Namun, perjumpaanku dengan ‘entah’ kali ini membuatku merasa bertemu sobat lama. ‘entah’ yang selalu mendampingiku dalam galau dan gelisah. ‘entah’ juga menemaniku dalam menikmati hidupku ini.
Aku masih belum mengerti, mengapa jiwaku menggeliat gelisah. Semua sudah kumiliki. Aku merasa sudah memiliki segalanya. Tapi jiwaku masih resah. Terkadang aku menitikkan air mata begitu membaca berita-berita kecelakaan di koran. Hatiku tersentuh, tatkala melihat anak-anak cacat yang tak memiliki penolong. Seandainya aku punya sayap dan Allah mengijinkan aku jadi malaikat, aku ingin menolong semua orang yang dirundung sakit. Seandainya aku punya kekayaan tak terhingga, ingin aku membantu pengobatan orang-orang tak berpunya. Seandainya aku punya mata setajam elang, aku ingin menjaga dunia ini dari berbagai kebobrokan.
Sayang aku tak memiliki semua itu. Aku tak diijinkan jadi malaikat, karena aku terlahir sebagai seorang manusia. Aku tak memiliki kekayaan berlimpah, hanya cukup untuk keluargaku saja. Aku tak memiliki mata setajam elang, karena aku seorang manusia dengan segala keterbatasanku.
Aku ingin berontak. Aku ingin berlari. Aku ingin menjerit. Aku ingin mengadu. Aku ingin meminta kepada-Nya, jadikan aku penolong bagi orang lain. Tapi aku hanya bisa terdiam. Aku hanya bisa berdoa semoga apa yang kulakukan adalah wujud ibadahku pada-Mu dan berguna untukku, keluargaku dan orang lain.
Setiap kali aku menarik nafas, berat yang kurasa. Aku hanya mencari cinta-Mu. Aku telah merasakan perlindungan-Mu, rahmat-Mu, tapi mengapa aku merasa kurang dalam cinta-Mu. Aku kah yang kurang dekat kepada-Mu? Ataukah aku kurang mencintai-Mu?