Wednesday, October 08, 2008

start new look

Dear All,

Lama sekali rasanya aku tak menengok blog ini. Ada beberapa blog yang aku miliki, ternyata tak semuanya bisa aku tangani.

Ke depan, aku akan mengkatifkan blog ini. Tulisan, foto dan berbagai hal yang ada di blog ku yang lain akan aku update di blog ini.

Semoga blog ini dapat memenuhi keinginanku untuk berbagi dan berinteraksi dengan unlimited people. Amin.

Wednesday, August 06, 2008

Itulah bedanya

Suamiku dan aku adalah dua kepribadian yang sangat berbeda. Aku adalah orang yang heboh ketika tertarik pada sesuatu. Orang yang menggebu-gebu dalam meraih sesuatu, namun jika apa yang kuinginkan tidak segera kuraiih, maka aku akan segera berpaling mencari yang lain. Sedangkan dia, adalah orang yang merencanakan sesuatu secara matang dengan berbagai pertimbangan. Ketika ia memutuskan akan melakukan sesuatu, maka ia akan konsisten melakukan prosesnya.

Aku adalah orang pemimpi. Aku punya banyak mimpi. Mulai dari mimpi keliling dunia, hingga mimpi punya usaha sendiri. Namun ya itu. Sampai saat ini aku belum keliling dunia, baru keliling Indonesia, dan juga belum punya usaha sendiri.

Suatu saat dalam perjalanan di dalam kereta listrik dari bogor ke jakarta, aku menceritakan temanku (suami istri) yang baru memiliki anak, telah memiliki usaha persewaan peralatan bayi.
"Hebat ya, mereka bisa berbisnis. Padahal mereka berdua kerja fulltime loh..."
"Memang siapa yang mengurus bisnisnya?"
"Ya mereka berdua, ditambah dengan saudara mereka untuk operasional sehari-hari"
"Kamu ingin bikin bisnis?"
"Iyalah, dari dulu juga ingin. Tapi ga tau kapan bisa mulai?"
"Perbedaan orang sukses dan pemimpi adalah orang sukses melakukan apa yang kamu hanya pikirkan, bayangkan, impikan."

Duh... Itu kalimat yang sangat telak.

Dari dulu, aku selalu bermimpi punya usaha sendiri. Dengan begitu aku tidak lagi menjadi orang gajian, tapi sebaliknya, aku menggaji orang. Dengan punya usaha sendiri, aku bermimpi memiliki waktu yang lebih fleksibel dan cukup untuk memberikan perhatian pada anak-anakku. Aku bermimpi memiliki toko online, sehingga konsumenku bukan hanya lokal tapi juga internasional.

Aku pun sempat berkolaborasi dengan dua teman untuk mewujudkan toko online. Kami merencanakan situs dengan konsep minimalis. Kami pelajari cara bertransaksi online. Suplier pun didata dan ditanya bagaimana kerjasama yang biasanya dilakukan. Tempat hosting pun sudah direncanakan. Berapa budget yang diperlukan diawal pendirian pun sudah dihitung. Tapi rencana tinggal rencana, karena konsep hanya berakhir di atas kertas. Toko itu belum terwujud hingga detik ini.

Kalau sudah seperti itu, aku jadi bahan ledekan suami. Hehe... Sadar diri juga sih... Mimpi boleh besar, tapi nyatanya wujud belum terlihat.

Suamiku selalu memotivasi aku, meskipun dengan bahasa meledek. Apa yang dikatakan benar juga sih... Tapi terkadang membuatku terpojok dan merasa tak berdaya. Kalau sudah di posisi tak berdaya, aku menyudahi perbincangan dengan ketus. Bahasa jawanya sih "mutung". Hehe... Soalnya sudah speachless. Mau membantah juga percuma, karena apa yang ia katakan benar. Tapi mau mengiyakan, aku gengsi.

Untunglah, ia selalu mendukung keputusan yang akhirnya aku buat. Baik keputusan untuk tetap bekerja, dan menunda membuat sebuah bisnis. Ataupun ketika aku memutuskan untuk berjualan kecil-kecilan, sambil tetap bekerja.

Tapi, tiap kali aku mengeluhkan lagi kok mimpiku belum terwujud. Ia pun mengulangi kalimat ampuhnya yang membuat aku langsung terdiam.

"Itulah bedanya orang sukses dan pemimpi. Orang sukses melakukan apa yang kamu hanya pikirkan, bayangkan, impikan," tukasnya.

Sunday, June 22, 2008

Parenting #2: Siapa yang ditiru?

Kita telah mengetahui dari tulisan sebelumnya, bahwa bayi memiliki kemampuan luar biasa untuk meniru. Bahkan, kelak ketika ia dewasa, ia menjadi cerminan lingkungan yang membentuknya. Pertanyaan saat ini adalah, Siapa yang ditiru bayi? Tentu saja, lingkungan yang setiap hari berinteraksi dengannya. Apa isi lingkungan itu? Anda yang paling tahu apa isi lingkungan terdekatnya.

Isinya bisa berupa benda mati atau pun hidup. Bisa berupa berbagai media elektronik, manusia, hewan, mainan, dan sebagainya. Lingkungan ini berisikan berbagai macam hal yang secara sengaja maupun tidak kita letakkan di sekitarnya.

Apa saja yang akan ditiru bayi? Semuanya! Ya! Semuanya. Apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, apa yang ia rasakan, apa yang ia bau akan ia rekam dalam memory bawah sadarnya. Setelah ia rekam, ketika suatu saat situasi dan kondisi memungkinkan, ia akan mengeluarkan pengetahuan/kemampuan/tiruan itu.

Jika bayi meniru semuanya, apakah bayi bisa memilah sesuatu patut untuk ditiru atau tidak? Jawabannya adalah TIDAK! Bayi tidak bisa memilah mana yang patut dan tidak patut, karena ini adalah ukuran normatif. Yang ia lakukan adalah menyerap semuanya. Kemampuan luar biasa bayi - meniru, digunakan seperti spon yang menyerap air. Bedanya dengan spon, jika spon itu sudah penuh terisi air, spon tidak akan menyerap lagi. Tapi pikiran bawah sadar bayi tidak memiliki batasan, alias UNLIMITED! Wow!

Yup! Itulah yang mengagumkan dari bayi, ia memiliki kemampuan untuk menyerap berbagai informasi, baik yang menurut kita penting ataupun tidak, tanpa batasan. So, siapa yang bertanggung jawab terhadap seluruh informasi yang diterima oleh bayi? Orang tua!♥ Selvie

Parenting #1: Kemampuan Luar Biasa Bayi

Apa yang paling mengagumkan dari seorang bayi atau balita? Matanya yang berbinar? Senyumnya yang menggemaskan? Kulitnya yang lembut?

Tahukah anda hal apa yang lebih mengagumkan dibalik keimutan fisiknya? Tahukah anda kemampuan luar biasa apa yang dimiliki oleh setiap bayi yang dilahirkan? Kemampuan yang hanya dimiliki oleh setiap bayi baru lahir hingga usia balita? Kemampuan yang sulit dimiliki orang dewasa? Kemampuan yang bisa mewarnai dirinya ?

Kemampuan itu adalah kemampuan yang luar biasa untuk mencontoh lingkungannya. Ya! Itu adalah kemampuan yang luar biasa. Kenapa luar biasa? Karena dari NOTHING jadi EVERYTHING!!!

Yup! Ketika bayi baru lahir dia belum memiliki kemampuan untuk tersenyum, bicara, melambaikan tangan. Dia hanya tahu menangis. Tapi ketika ia melihat pertama kali orang, dan orang itu tersenyum, maka ia akan merekam senyuman itu, dan ketika ia berada pada situasi yang mirip maka ia akan mengulang hal tersebut: TERSENYUM!

Ia melihat, dan menirukan secara mengagumkan. Ia mencontoh lingkungan. Hingga kelak ketika dewasa, ia adalah cerminan lingkungan yang membentuknya. ♥ Selvie

Friday, June 06, 2008

Rafi Mengintip dari Jendela

Rafi, anak pertamaku selalu menyambut pulang kami berdua dengan senyuman, tawa dan ajakan bermain bola. Hal itu ia lakukan ketika pintu rumah kami buka. Maka ia akan segera bangun dari duduknya, dan mendatangi kami yang masih di depan pintu. Kemudian ia akan menebarkan senyuman manisnya, atau ia akan segera menceritakan berbagai hal dengan bahasa yang kami tidak mengerti, alias bahasa planet... Hehe.. Itulah julukan kami pada bahasanya. Setelah kami masuk, ia akan mengikuti kami kemana saja, mulai dari meletakkan sepatu dan tas, serta menunjukkan sikap tak sabar untuk segera bermain. Terkadang ia akan segera mengambil bola, dan menarik tangan salah satu dari kami untuk bermain bola bersamanya.

Suatu hari, sekitar 2 minggu yang lalu, ketika pulang kerja aku membuka pagar rumah, aku melihat wajah yang tidak asing sedang menyibak tirai jendela rumahku. Rafi, anakku yang baru berusia 21 bulan. Wajah itupun tersenyum lebar begitu melihatku. Aku pun membalas senyuman itu. Dengan segera aku pun menghampiri jendela itu... Ia semakin antusias. Ketika aku buka pintu rumah, ia bergegas turun dari sofa, tempat ia berdiri supaya bisa mengintip ke luar rumah.

"Assalamualaikum," ucapku
"..lam" ucap Rafi, dia memang baru bisa mengucapkan suku kata yang paling belakang.

Rafi pun bergegas ke luar pintu untuk melihat Abi-nya.

Hari selanjutnya, hal itu terulang. Begitu aku membuka pintu pagar rumah, aku menemui wajah Rafi di balik jendela. Ia menyibakkan tirai dengan tangan mungilnya. Aku pun memberitahu suamiku, "rafi ada di jendela". Dengan antusias, Abinya Rafi pun membunyikan klakson. Air muka Rafipun berubah semakin senang. Apalagi, setelah motor diparkir, Abi pun bermain ciluk ba dengan Rafi yang masih mengintip dari balik jendela.

Rafi ketawa hingga terbahak-bahak. Aku dan suamiku pun tertawa. Menyenangkan sekali. Saat pulang pun menjadi saat yang ditunggu Rafi dan kami. Dan, setiap pulang pun, aku selalu mengharapkan sambutan Rafi dari balik jendela.

Hal itu menjadi kebiasaan setiap pulang ke rumah. Dan, rafi pun dengan setia menunggu dibalik jendela. Kami menantikan wajah mungilnya muncul dibalik tirai jendela. Begitu juga dengan Rafi, setiap kali ia mendengar suara motor Abi-nya, maka ia selalu bergegas naik ke atas sofa (untuk mencapai jendela), dan membuka tirai untuk melihat siapa yang datang.

Hmm... Jadi tak sabar ingin cepat sampai rumah...

Monday, May 26, 2008

Gizi tetap terpenuhi meski harga minyak melambung

Apa pengaruh harga minyak yang melambung dengan gizi? Saya yakin sebagian besar orang akan menjawab: berpengaruh. Hal ini terjadi karena jika dilihat, dalam masyarakat modern, ketergantungan terhadap penyedia produk makanan sangat tinggi. Semakin sulit melihat pekarangan rumah yang ditanami oleh berbagai sayur mayur (vitamin, serat, dll), ubi (karbohidrat, dll), bumbu-bumbu dapur, buah-buahan dan sebagainya.

Padahal dengan menanam hal-hal tersebut di rumah, kita tidak perlu mengeluarkan ongkos, untuk naik kendaraan, menuju tempat penjualan berbagai makanan tersebut. Artinya, kita tidak perlu membayar penggunaan bahan bakar minyak (BBM).

Bagaimana dengan produk yang harus dibeli, seperti produk susu, beras? Kita bisa menggantinya dengan makanan yang gizinya tidak kalah. Misal susu, manfaat apa yang kita ambil dari susu? Sebagian besar adalah Kalsium dan vitamin. Kalsium bisa diperoleh dari makanan lain, semisal teri, ikan asin, tanaman biji-bijian. Vitamin, bisa diperoleh dari konsumsi buah dan sayuran. Jenis buah yang memiliki beragam vitamin adalah pisang dan pepaya. Tak perlu beli yang impor, karena pisang dan pepaya adalah buah yang mudah tumbuh dimana saja di Indonesia ini. Kenapa tidak kita galakkan saja penanaman pisang dan pepaya di pekarangan rumah masing-masing?

Kemudian, komoditi lain yang sering membuat orang Indonesia kelimpungan, yaitu beras. Apa yang kita ambil dari beras? Karbohidrat kan! Dan, sumber karbohidrat bukan hanya beras. Ada ubi, sagu dan jagung, bahkan sayur mayur dan buah-buahan pun mengadung karbohidrat. Jadi, makan nasi bukanlah suatu keharusan. Ini hanyalah sebuah kebiasaan saja. Dan, kebiasaan itu bisa diubah.

Jika kebiasaan sudah diubah, saya yakin setiap kenaikan harga BBM tidak akan membawa pengaruh yang signifikan untuk kita. Setiap orang yang ingin survive, ia harus berubah sesuai dengan tuntutan diri dan lingkungannya. Sekarang, pekerjaan rumah kita adalah menyiapkan strategi memberikan gizi yang optimal dengan tidak tergantung pada pihak luar. Jadi, mari kita tanami kembali pekarangan kita dengan berbagai tumbuhan bermanfaat.

Kreatif Menyikapi naiknya BBM

Harga BBM yang naik cukup signifikan memang cukup meresahkan bagi orang-orang yang tergantung dengan bahan bakar minyak. Seandainya saja, bangsa kita (pemerintah dan rakyat) bersama-sama mengoptimalkan pemakaian bahan bakar alternatif, saya rasa kenaikan bahan bakar minyak (yang membuat kita sangat tergantung dengan negara luar) menjadi tidak begitu penting.

Hal ini (baca: pemanfaatan bahan bakar alternatif) perlu mendapat dukungan seluruh pihak. Mulai dari ide kreatif hingga aplikasi dan distribusi, tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak, pemerintah saja, swasta saja, ataupun rakyat saja.

Menurut saya, momen ini adalah kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menapakkan langkah ke jenjang yang lebih bermartabat, menggunakan energi ramah lingkungan.

Hal ini juga berarti, kita memberdayakan potensi diri sendiri. Misal dengan memanfaatkan tanaman jarak, pembuatan biogas, dan mungkin nanti akan mucul ide kreatif lainnya. Rakyat Indonesia kan terkenal sebagai rakyat yang kreatif. Oleh karena itu kita memiliki keberagaman yang sangat tinggi mulai dari budaya hingga hayati. Jadi, mari kita manfaatkan potensi diri kita untuk tidak tergantung pada sumber daya yang suatu saat akan habis , yaitu minyak. Mari kita enyahkan ketergantungan dengan pihak luar. Mari menjadi kreatif dan mandiri.

Tuesday, February 05, 2008

Komitmen itu butuh pengorbanan

Ini kisahku ketika aku harus datang untuk bertemu dengan Wanda dari Novartis, untuk membicarakan kegiatan AIMI Goes To Office (AGTO) yang akan dilaksanakan di perusahaannya...
(just info: aku pengurus AIMI)

---

cerita dikit ttg perjalanan ke novartis nih... (heheh... habis seru nih)
awalnya mo kesana naik taxi... (hari itu hujan gedeeeeeee.... bangetttt...kan jumat kemarin yg sampai presiden kejebak banjir itu lho...)

tapi,.. janji adalah komitmen... dan penghalangnya hanyalah curahan air... ya sud lah.. masih bisa di akalin...

jalan sudirman macet..cet..!! aku janjian jam 12. sudah mau pergi tuh jam 11.30... eh.. ada tuga s dari si boss... akhirnya baru bisa keluar jam 11.50. 10 menit naik taxi!!! Macet gini...!! ga mungkin nyampe kali...

ya sud lah... aku jalan kaki saja.. soalnya wisma bni tuh terhitung deket ... (meski harus menyeberang)..

persiapan bawa payung... dan tentunya formulir dan kelengkapannya.
Berangkatnya ga ada masalah... ga sampai 10 menit (karena sambil sedikit berlari), aku sudah sampai di lobby wisma bni... basah2 dikit gpp lah...

nyampe sana... ketemu mba wanda dan rekannya...ngobrol... habis itu.. mo pulang...

Laper ah... mo makan dulu... bujubuneng... semua resto disitu padet banget.. antrinya panjang banget... walah... bisa telat balik ke kantor nih... udah jam 12.50
ya sudlah, aku beli roti aja ...

Keluar dari wisma BNI... anginya jeng.... ga karuan... mana arahnya berubah-ubah... payung orang2 yang berjalanpun udah ga karuan... klo di film kartun, udah kebalik kali ya... terus payungnya membawa terbang pemilik nya... heheheh...
hmm.. ngeri juga kan... coba nyari taxi ah...

ternyata di lobby banyak orang nunggu taxi... dan tidak ada satupun taxi yang lewat apalagi parkir...
Wah gawat nih...
Nekad ga ya...

"Bismillah..!!" aku nekad pulang, berjalan kaki, dengan ditemani payungku yang mungil (ukuran biasa)...

baru 10 meter keluar pagar BNI... wussss.... angin menerpa dari depan... tidak sampai satu menit... angin beruabah arah, menerpa dari belakang..., sesaat lagi, dari samping...
wah... ga kebayang deh.. klo ga ngalamin sendiri..., payungku rasanya dah mau hancur...

aku pun masih mencoba mencari taxi dipinggir jalan... tp tak ada taxi kosong.. ku coba menunggu di bawah pohon... "mbak.. jangan dibawah pohon mbak, takut ambruk."... kata orang2 yang lewat, yang baru pulang dari jumatan...

"Lihat!!!" seru orang2 di belakang, mereka menunjuk ke atas jembatan. hujan terlihat dipermainkan oleh angin, berputar... wah... jangan2 angin puting beliung...
Aku pun akhirnya berpikir, tidak ada gunanya aku bertahan disitu...
Aku harus cepat kembali ke kantor, apapun yang terjadi...

Dalam hujan angin yang deras dan nggak karuan itu, aku pun berjalan ke kantorku...
Baju dan celana ku pun basah kuyub. tidak ada satu bagianpun yang lolos dari hujan. Payung pun hanya sanggup menutup kepalaku, meski kerudungku pun tidak benar2 kering...


yg jelas.. sampe kantor.. aku bingung nyari pinjeman celana panjang (baju sih ada)... akhirnya dapet celana training...

eh.. diketawain ama si boss... kok pake celana training...
ya sud lah.. mo gimana lg.. dari pada aku sakit...

ternyata komitment itu butuh pengorbanan lho...

Thursday, January 03, 2008

Kupu-kupu dan Kepompongnya

Seperti yang pernah dipelajari dalam pelajaran Biologi SMP maupun SMA, kupu-kupu merupakan makhluk yang melakukan metamorfosis sempurna. Sama seperti katak. Suatu makhluk dikatakan mengalami metamorfosis sempurna adalah ketika bentuk dan perilaku fisik makhluk itu berbeda ketika masih muda dengan usia dewasanya.

Kupu-kupu berasal dari ulat yang berbulu dan terkadang membuat kita gatal ketika menyentuhnya. Ulat sedemikian buruk rupa, hingga tiada yang mau menyentuhnya. Bahkan daripada melihatnya melata, lebih baik membunuhnya. Pak tani pun menyemprot racun untuk membunuh ulat, supaya ulat tidak memakan daun-daun tanaman pak tani. Lebih dari itu, bahkan ada yang sampai phobia pada ulat. Sebegitu buruknya ulat hingga tiada yang mau menerimanya.

Bagaimana dengan kupu-kupu? Kupu-kupu begitu dipuja. Bahkan ada yang bersedia mengeluarkan uang puluhan juta untuk mengkoleksi kupu-kupu yang ia inginkan. Anak-anak menyukai kupu-kupu karena warnanya yang menarik dan membuat mereka harus berlarian untuk mendapatkannya. Orang dewasa pun menyukainya. Terkadang mereka sengaja berburu kupu-kupu. Dengan membawa jaring khusus, mereka pergi ke taman, dimana biasanya banyak kupu-kupu beterbangan. Setelah mendapatkan kupu-kupu dengan sayap yang cantik, maka kupu-kupu itu diawetkan. Disimpan. Dikagumi dan dipamerkan.

Orang senang terhadap kupu-kupu. Akann tetapi orang membenci ulat. Padahal kupu-kupu berasal dari ulat yang menjijikkan itu. Apa yang membuat ulat itu menjadi kupu-kupu yang cantik? Kepompong!

Ya, proses di dalam kepompong itu yang membuat ulat berubah menjadi kupu-kupu yang disenangi banyak orang. Seberapa penting proses itu? Sangat penting! Di situ ulat meneguhkan diri akan menjadi kupu-kupu yang cantik atau tidak. Kepompong bagaikan kawah candradimuka bagi Arjuna. Disini semua bergantung pada dirinya sendiri. Tanpa bantuan!

Ketika masih menjadi ulat, kita bisa memberinya makan berupa daun. Ketika menjadi kupu-kupu, kita bisa menggiringnya ke taman bunga, sehingga dia bisa bermain di mahkota bunga yang jelita dan membantu penyerbukan. Namun, ketika menjadi kepompong, ia terisolir dari dunia luar. Siapapun tak bisa membantunya.

Alkisah ada seorang lelaki yang berjalan-jalan di taman bunga. Ketika sedang memperhatikan sebuah bunga, ia melihat ada kepompong melekat di batang tanaman itu. Ia perhatikan seksama. Kepompong itu sudah mulai terbuka. Ia perhatikan lagi dengan lebih seksama. Lubang di kepompong masih cukup kecil untuk menjadi jalan keluarnya si kupu. "Lama benar kupu-kupunya keluar…" batinnya. Ia tak sabar. Ia ingin segera melihatnya. Lelaki itu memperhatikan lagi. Terlihat kupu-kupu di dalam kepompong berusaha untuk keluar dengan perlahan sekali. “Kasihan ya, dia harus berjuang sendiri dari dalam. Ah, biar cepat dan mudah aku mau bantuin buka kepompongnya.”

Ia membuka kepompong itu pelan-pelan. Apa yang didapati lelaki itu? Kupu-kupu itu tak bisa terbang. Sayap kirinya belum sempurna.

Ah… seandainya saja lelaki itu mau bersabar dan tidak ikut campur, tentu kupu-kupu itu akan muncul dari kepompong dengan sempurna. Ia akan dapat terbang bebas dengan sayap cantiknya. Bunga-bunga pun akan menerima dengan senang hati kedatangannya. Anak-anakpun akan dapat mengaguminya. Sayang, ia takkan bisa bertahan lama. Untuk terbang pun ia tak sanggup, apa lagi mencari makan.

Saya sangat tertarik dengan kisah ini. Betapa niat baik dapat menjadi bencana. Betapa ketidaksabaran dapat berbuah malapetaka. Betapa perjuangan dari dalam harus dilakukan dari dalam. Betapa campur tangan dari pihak luar yang tidak berkompeten akan menghancurkan proses menuju kesempurnaan. Betapa proses menuju yang terbaik harus dilakukan oleh diri sendiri.

Adakalanya lebih baik membiarkan yang di 'dalam' untuk menyelesaikan prosesnya tanpa campur tangan kita. Semisal seorang teman curhat karena sedang berantem dengan pacarnya. Bisa saja, saya menolong dengan berbicara kepada pacarnya, dan mendamaikan mereka. Tapi, apakah itu akan mendewasakan mereka? Tidak. Mereka akan lebih dewasa jika mereka berdamai dengan sendirinya. Saya hanya bisa memberi kata. Saya hanya bisa memberi semangat. Perihal ia mau menyelesaikan atau tidak persoalannya, itu tak bisa saya campuri.

Seandainya saja, lelaki itu memberikan bantuan berupa kata-kata semangat, tanpa ikut campur membuka kepompong. Si ulat mungkin akan mengerti kegalauan lelaki itu. Dan dengan semangat yang diberikan, dan ia akan lebih bersemangat, dan dengan cepat muncul menjadi kupu-kupu yang cantik. Seandainya saja, lelaki itu mau mengerti.***